ibarat air yang mengalir
dari hulu ke hilir
melintas aral melintang
menerpa, menerjang semua penghalang
Terlahir sebagai insan....
di sanalah bermula usia dikira
tiada yang tahu bila akhirnya
tidak pula berapa lamanya
Hidup seorang insan....
berjalan seiring masa
tak kira kering ataupun hujan
melangkau zaman meredah masa
Hidup sebagai insan....
hendaklah berpegang pada iman
jadikan rasul dan itrahnya sebagai tauladan
agar hidup penuh aman
Takdir kematian seorang insan....
tiada yang tahu bila masanya
tak kira muda atau pun tua
pabila maut telah menyeru
sahabat handai pun tak boleh membantu
Insan hidup insan bernyawa
ketika hidup hendaklah berjasa
Insan mati jasad tak bernyawa
di akhirat kelak semua ditanya
adakah ikhlas membungkus jasa
ataukah ia riya' belaka
Hidup di dunia hanya sesaat
ibarat kilat pantas melesat
hendaklah iman teguh dan kuat
ditambah pula amal ibadat
semoga menjadi insan yang berkat
“Terkadang usia panjang masanya, tetapi sedikit manfaatnya. Terkadang
usia itu pendek masanya, akan tetapi banyak manfaatnya.
Ada pepatah yang berbunyi, jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup
banyak dirasa. Benar apabila manusia suka bepergian, ia akan banyak
memperoleh pengalaman, pemandangan dan penghayatan. Apabila panjang
usianya dan lama hidupnya, berarti ia telah menikmati senang dan
susahnya hidup pahit, dan manisnya perlajanan. Semua perjalanan hidup
manusia akan memberi makna tersendiri baginya. Ia barulah berarti
apabila usia yang ditempuh dalam hidupnya memberi manfaat baginya.
Usia itu sebenarnya bukan karena panjang atau pendeknya, akan tetapi
manfaat dan mudaratnya. Sebagus bagus usia ialah usia yang banyak
manfaatnya bagi manusia. Rosulullah Saw bersabda, */“Sebaik baik manusia
ialah orang yang panjang umurnya, dan bagus amalnya, dan sejelek jelek
manusia, adalah orang yang panjang umurnya akan tetapi rusak amalnya.E*
Syekh Ahmad Ataillah (pengarang kitab Al-Hikam) menegaskan pula :
“Siapa yang diberkati umurnya, dalam masa singkat dari usianya, ia
akan mencapai karunia Allah, yang tidak dapat dihitung dengan kata kata,
dan tak dapat dikejar dengan isyarat.
Yang dicari oleh seorang muslim yang soleh adalah berkat usia. Yang
dimaksud usia berkat adalah usia yang selalu membawa dan mengajak
kepada kemanfaatan dunia dan akhirat. Umur yang berkat ini, selalu
diberi kesempatan oleh Allah menjalankan kebaikan seperti yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sebab, apabila umur itu mendapat
berkat, tidak ada waktu yang tersia sia dalam hidup seorang hamba.
Hamba yang umurnya berkah, ia selalu berada dalam situasi yang
sempat akan tetapi bergegas gegas. Sempat ertinya selalu ada peluang,
bergegas gegas ertinya cepat diamalkannya. Sehingga tidak terasa olehnya
usia yang dianugerahkan kepadanya, waktunya sangat singkat sebab
kesempatan kesempatan beribadah yang diberkati Allah kepadanya tidak
mencukupi. Ia bergegas gegas, agar waktu yang singkat itu, tidak hilang
begitu saja karena cepatnya perjalan usia.
Dengan demikian, maka usia yang panjang atau usia yang pendek, akan
memberi erti yang berguna bagi manusia, apabila dipergunakan untuk
mendapatkan redho Allah. Seperti yang diucapkan oleh Abu Abbas Al Mursy
“Alhamdulillah semua waktu waktu kami merupakan lailatul-qodar,
artinya semua waktu diisi dengan amal yang bermanfaat.
Jangan sampai waktu yang didapatkan dari usia, hanyalah ibarat air yang
disiramkan ke atas pasir yang panas. Airnya menguap, pasirnya tidak
basah. Usia yang hilang begitu saja dari waktu yang dilalui, akan
mengecewakan si pemilik usia itu sendiri pada hari kiamat. Sebab waktu
waktu yang dianugerahkan kepada manusia dinamakan bermanfaat dan barokah
apabila dipergunakan untuk memperbanyak amal ibadah, memohon ampun atas
bermacam macam kesalahan dan dosa, serta bertobat dengan taubatan
nasuha. Syekh Ahmad Ataillah mengatakan :
“Kekecewaan dari semua kekecewaan, adalah ketika kalian berkesempatan,
kalian tidak menghadap kepada Allah, karena sedang ada sedikit halangan,
kalian tidak juga mendatangi Allah.
Ungkapan Syekh Ataillah ini mengingatkan kita, jangan sampai kesempatan
dari usia, di waktu lapang ataupun sempit, hendaklah pandai pandai
dimanfaatkan untuk Allah dan datang menghadap memohon hidayah dan
inayah, memohon ampun serta bertaubat “Bergegas gegaslah kamu dalam
keadaan ringan ataupun berat
Perjalanan yang panjang telah ditempuh manusia di alam dunia ini.
Banyak yang dialami oleh anak Adam dalam masalah duniawiyah, namun
pengalaman hidup itu barulah berarti bagi hidup dunia dan akhirat,
apabila dipersembahkan untuk Allah dan Rasul-Nya, dan untuk ‘izzul Islam
dan Muslimin.
Memang kadang kadang manusia tidak mempergunakan kesempatan, atau
kesempatan yang ada disia siakan, sehingga kesempatan yang tersedia,
hilang begitu saja. Kesempatan yang dimaksud ialah kesempatan datang
menghadap Allah dalam ibadah rutin, atau kesempatan mengerjakan ibadah
sunah lainnya, yang sebenarnya tersedia, akan tetapi, manusia lalai
dengan alasan kesibukan duniawi, atau kesibukan perjuangan. Alasan
alasan seperti itu sebenarnya tidak perlu dikemukakan, karena Allah
Ta’ala Maha Tahu tentang kemalasan dan keengganan diri kita. Allah
Ta’ala lebih tahu bahwa manusia lebih mementingkan dirinya sendiri, hawa
nafsunya sendiri, dari pada ingin mendapatkan ridho Allah dengan
pertemuan pertemuan tertentu dengan Allah dalam bentuk ibadah.
Memang merupakan suatu kekecewaan kelak di akhirat, di waktu seorang
hamba menghadap Allah Swt. Manusia waktu itu datang menerima apa yang
telah ia kerjakan di dunia. Masing masing datang dengan buah amal
ibadahnya. Akan tetapi ada diantara manusia hadir di mahkamah Allah Swt
dengan hati kecewa. Karena ia melihat orang lain datang kepada Allah
dengan hati gembira menunjukkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah yang
sangat banyak, sedangkan ia datang dengan amal ibadah yang minim, yang
tidak mampu melepaskan dirinya dari adzab Allah. Atau amal ibadahnya pas
pasan saja.
Ia kecewa, akan tetapi kekecewaan itu sudah tidak dapat ditebus lagi.
Waktu itu kesibukan dunia yang dikerjakannya tidak mampu menambah amal
ibadahnya. Harta dan segala macam yang diperolehnya dalam kesibukan
dunia, tidak ada satupun yang memberi nilai tambah bagi kebahagiaan
akhirat yang sudah habis di depannya. Seperti diterangkan Allah Ta’ala
dalam firmannya, */“Pada hari itu tidak ada gunanya harta dan anak anak,
kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang damai.E/*(QS.
Asy-syu’ara : 89).
Bagi hamba Allah yang benar benar tunduk dan patuh kepada-Nya dalam
segala hal, ia dalam hidupnya tidak menyia nyiakan waktu yang
dianugerahkan Allah untuk datang kepada-Nya dalam waktu waktu yang
ditentukan, atau melaksanakan ibadah ibadah sunah tanpa batas waktu dan
sepanjang saat.
Agar seseorang hamba tidak tersia sia di akhirat, dan kecewa di hadapan
Allah, memanfaatkan saat saat kesempatan adalah sangat menguntungkan dan
utama.
0 comments:
Post a Comment